Selamat Jalan, Brrrrt! 5 Fakta Menarik A-10 Warthog yang Legendaris

Selamat Jalan, Brrrrrrt! 5 Fakta Menarik A-10 Warthog, Pesawat Legendaris AU AS yang Akhirnya Pensiun

Selamat Jalan, Brrrrt! 5 Fakta Menarik A-10 Warthog yang Legendaris, Dengungan khas “Brrrrrrt” yang menggetarkan medan perang akhirnya akan senyap. Setelah lebih dari lima dekade setia melindungi pasukan darat AS, Angkatan Udara AS (USAF) secara resmi memulai proses pensiun A-10 Warthog, pesawat tempur ikonik yang dirancang khusus untuk misi close air support (dukungan tembak udara dekat). Keputusan ini menutup sebuah bab penting dalam sejarah penerbangan militer modern. Sebelum kita melepasnya, mari kita jelajahi 5 fakta menarik A-10 Warthog, pesawat legendaris AU AS yang akhirnya pensiun ini, yang membuatnya begitu ditakuti lawan dan dicintai sekutu.

Apa yang membuat A-10 Thunderbolt II, atau lebih dikenal sebagai “Warthog”, begitu legendaris? Siapa pembuat pesawat tempur tangguh ini? Kapan pesawat ini pertama kali terbang dan kapan pensiunnya? Di mana saja kehebatan pesawat ini diuji? Mengapa AU AS akhirnya memutuskan untuk mempensiunkannya? Bagaimana desain uniknya mampu bertahan di medan perang paling sengit sekalipun? Artikel ini akan mengupas tuntas semua pertanyaan tersebut dengan menyajikan lima fakta menarik tentang sang “tank buster” yang tak tergantikan ini.

1. Dibangun di Sekitar Senjata yang Membuatnya Terkenal: GAU-8 Avenger

Sebagian besar pesawat tempur dibangun terlebih dahulu, lalu senjatanya ditambahkan kemudian. Namun, tidak dengan A-10 Warthog. Filosofi desainnya justru terbalik: pesawat ini secara harfiah dibangun di sekitar senjatanya, yaitu meriam gatling rotary tujuh laras GAU-8/A Avenger yang berukuran raksasa.

Senjata berkaliber 30 mm ini adalah meriam pesawat terbesar dan paling powerful yang pernah dipasang pada pesawat tempur. Dengan panjang 6,4 meter dan berat sekitar 1.830 kg (hampir sama dengan berat sebuah mobil sedan kecil), GAU-8 mampu menembakkan peluru depleted uranium berkecepatan tinggi dengan berbagai jenis, termasuk Armor-Piercing Incendiary (API) dan High-Explosive Incendiary (HEI).

Dengan kecepatan tembak 3.900 peluru per menit, suara yang dihasilkannya bukanlah dentuman biasa, melainkan derutan “BRRRRRRT” yang khas dan sangat ikonik—suara yang ditakuti musuh dan sangat melegakan bagi pasukan darat yang terpojok. Suara ini sekaligus menjadi identitas dan julukan tidak resminya. Setiap kali pasukan darat mendengar “Brrrrt” di atas kepala, mereka tahu bantuan telah tiba.

2. Dirancang untuk Selamat dari Kerusakan Parah yang Tak Terbayangkan

Filosofi desain A-10 tidak tentang kelincahan atau kecepatan supersonik, melainkan kelangsungan hidup (survivability) dan kemampuan kembali ke pangkalan dalam kondisi rusak parah. Fairchild Republic merancangnya dengan prinsip redundansi dan perlindungan ekstrem.

Kokpit pilot dilindungi oleh “bathtub” titanium setebal 1.500 pon yang dapat menahan hantaman peluru kaliber 23 mm. Sistem kontrol penerbangan ganda (redundant) memungkinkan pesawat tetap dapat dikendalikan bahkan jika satu sistem hancur total. Yang lebih menakjubkan adalah, A-10 dirancang untuk tetap terbang meski kehilangan satu mesin, satu ekor vertikal, satu stabilizer, dan sebagian sayap.

Bukti nyata ketangguhannya terjadi dalam Perang Teluk 1990-1991 dan konflik setelahnya. Banyak A-10 yang kembali ke pangkalan dengan badan berlubang-lubang akibat tembakan anti-pesawat, rudal permukaan-ke-udara, dan bahkan rudal darat-ke-udara. Salah satu kisah heroik datang dari Kapten Kim Campbell, yang berhasil menerbangkan A-10-nya kembali ke pangkalan meski bagian belakang pesawatnya hancur akibat rudal Iraq.

“Saya melihat pesawat ini terbang kembali dengan kondisi yang menurut saya mustahil untuk diterbangkan. Itu adalah bukti nyata dari desain brilian dan ketangguhan A-10. Ia adalah pelindung para prajurit di darat,” ujar Kolonel (Purn.) John “Karl” Marks, mantan pilot A-10 dengan lebih dari 3.000 jam terbang.

3. Julukan “Warthog” yang Justru Dibanggakan

Nama resmi pesawat ini adalah Thunderbolt II, sebagai penghormatan kepada pesawat tempur Perang Dunia II P-47 Thunderbolt. Namun, seluruh dunia lebih mengenalnya dengan julukan “Warthog” atau “Babi Celeng”.

Julukan ini awalnya diberikan oleh para pilot yang mengujicobanya di awal 1970-an. Mereka terinspirasi dari bentuk pesawat yang dianggap “jelek”, gemuk, dan memiliki hidung yang pesek—mirip dengan hewan warthog. Berbeda dengan pesawat tempur lain seperti F-15 Eagle atau F-16 Fighting Falcon yang memiliki nama gagah, A-10 justru menerima julukan yang terkesan merendahkan dengan bangga.

Alih-alih tersinggung, AU AS dan para pilotnya justru mengadopsi julukan tersebut dengan bangga. Mereka memandang “kejelekan” itu sebagai simbol fungsi over form. A-10 bukan dirancang untuk cantik, tapi untuk bekerja keras dan menghancurkan musuh di darat. Banyak skuadron yang memasang logo babi celeng di ekor pesawat mereka, dan para pilot dengan bangga menyebut diri mereka “Hog Drivers”. Julukan itu menjadi lambang kepercayaan diri dan kekuatan yang tidak perlu dipamerkan.

A-10-upgrades-a-10-facts Selamat Jalan, Brrrrt! 5 Fakta Menarik A-10 Warthog yang Legendaris

4. Sejarah Operasional yang Gemilang dan Tak Terbantahkan

Sejak operasional pertamanya, A-10 membuktikan bahwa desainnya yang sederhana sangat efektif. Peran utamanya adalah sebagai “tank buster” atau penghancur tank dalam Perang Dingin jika invasi Soviet ke Eropa Barat terjadi. Meski skenario itu tidak terjadi, A-10 justru menemukan panggungnya di berbagai konflik modern.

Puncak ketenarannya adalah selama Operation Desert Storm (1991). Menurut data dari General Accounting Office (GAO) AS, A-10 bertanggung jawab atas penghancuran lebih dari 900 tank Iraq, 2.000 kendaraan militer lainnya, dan 1.200 pucuk artileri. Kemampuannya untuk “melayang” di atas area pertempuran dalam waktu lama memberikannya nilai taktis yang tidak dimiliki pesawat jet cepat lainnya.

Kehebatan ini berlanjut di Perang Irak dan Afghanistan, di mana A-10 menjadi tulang punggung close air support untuk pasukan NATO. Kemampuannya untuk terbang rendah dan relatif lambat justru menjadi keunggulan, memungkinkan pilot untuk mengidentifikasi target dengan mata telanjang dan meminimalkan risiko kesalahan tembak (collateral damage) dibandingkan pesawat berkecepatan tinggi.

5. Perdebatan Pensiun yang Panjang dan Penuh Kontroversi

Proses pensiun A-10 bukanlah keputusan yang mendadak, melainkan perdebatan panjang yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade. AU AS telah beberapa kali mencoba mempensiunkan A-10 untuk mengalihkan anggaran perawatan yang besar (sekitar $1,5-2 juta per pesawat per tahun) untuk program modernisasi seperti pembelian F-35A Lightning II.

Namun, setiap proposal pensiun selalu ditolak keras oleh Kongres AS. Penolakan ini didorong oleh lobi dari para veteran, mantan pilot, dan terutama anggota Angkatan Darat AS yang menyatakan bahwa tidak ada platform lain yang mampu memberikan close air support seandal dan seakurat A-10. F-35, meski canggih, dianggap terlalu cepat dan tidak memiliki waktu loitering (waktu tunggu di udara) serta ketahanan seperti A-10.

Akhirnya, dengan tekanan anggaran dan kebutuhan untuk beradaptasi dengan ancaman peer-to-peer (lawan setara) seperti China dan Rusia, AU AS mulai menjalankan rencana pensiun bertahap. Pada anggaran fiscal tahun 2024, AU AS mengajukan proposal untuk mulai mempensiunkan 21 unit A-10. Rencananya, seluruh armada A-10 akan pensiun sepenuhnya pada tahun 2029, mengakhiri era salah satu pesawat tempur paling spesial dalam sejarah.

A-10-upgrades-a-10-facts Selamat Jalan, Brrrrt! 5 Fakta Menarik A-10 Warthog yang Legendaris

Warisan Abadi Sang “Hog”

5 fakta menarik A-10 Warthog, pesawat legendaris AU AS yang akhirnya pensiun tadi telah mengajarkan kita tentang sebuah mahakarya desain yang berfokus pada satu tujuan: menyelamatkan nyawa prajurit di darat. Dari meriam GAU-8 Avenger yang mengerikan, ketangguhan yang hampir tak terbantahkan, julukan yang dibanggakan, catatan operasional yang gemilang, hingga perdebatan pensiunnya yang sengit—semuanya membentuk legensi A-10.

Pensiunnya A-10 menandai akhir dari sebuah era di mana spesialisasi dan ketahanan di atas segalanya. Meski teknologi stealth dan drone semakin dominan, warisan A-10 tidak akan terlupakan. Ia telah menetapkan standar emas untuk misi close air support yang mungkin tidak akan pernah terulang lagi.

Bagi Anda yang tertarik dengan sejarah militer dan teknologi penerbangan, jejak A-10 dapat Anda telusuri lebih lanjut di museum-museum penerbangan AS seperti National Museum of the United States Air Force di Ohio. Ikuti terus perkembangan terbaru mengenai proses pensiunnya dan saksikan langsung pesawat yang menjunjung tinggi filosofi “function over form” ini sebelum benar-benar menghilang dari langit. Brrrrrrt forever!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *