Mengapa di Tahun Kekeringan Tetap Hujan dan Iklim Extrem?
,
Jakarta
– M
walaupun indeks monsun Australia yang menunjukkan arus kering dari Australia menuju Indonesia memperkuat di bulan Juni, yang artinya musim hujan belum juga datang.
kemarau
Meluas, sejumlah peristiwa cuaca dengan hujan lebat masih mungkin terjadi. Hal ini disebabkan oleh adanya dua titik tekanan atmosfer rendah di area utara; satu di Samudera Pasifik mendekati Filipina dan satunya lagi di utara Sulawesi.
“Ke dua tekanan rendah itu, yaitu 92W dan 93W, diperkirakan bakal berkembang jadi siklon tropis dan bergerak ke arah barat,” ungkap peneliti dari Pusat Penelitian Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, ketika diwawancara beberapa hari yang lalu.
Saat itu Erma menyebutkan,
Cuaca yang ekstrem cenderung berkumpul di bagian timur Indonesia bersama dengan area-area di dekat khatulistiwa ke arah utara, misalnya Kalimantan dan Sulawesi.
Analisis tersebut sesuai dengan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
BMKG
Seminggu lalu, dari 2 sampai 9 Juni 2025, curah hujan tinggi terus mengguyur daerah Maluku serta bagian dari Kalimantan. Untuk seminggu mendatang, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tetap memberi peringatan kepada beberapa area di Kalimantan agar berhati-hati. Di samping itu, selain Maluku, Paparan Pegunungan Papua di timur Indonesia juga diberitahu untuk siaga dengan potensi hujan deras, termasuk hujan sangat lebat.
Erma mengatakan bahwa
Sistem bertekanan rendah di wilayah Utara itu akan menandingi sistem yang ada di Samudera Hindia. Akibatnya, khususnya di Jawa dan Sumatra, curah hujan dari tekanan rendah di Samudera Hindia bakal berkurang. Diperkirakan, iklim kemarau biasanya akan berjalan sampai pertengahan Juni atau sekitar tanggal 20 Juni.
Normal relatif berarti suhunya pasti sangat hangat dan langitnya hampir tidak berawan,” jelas Peneliti Senior di Bidang Iklim tersebut seraya melanjutkan, “Jadi, kita hanya akan merasakan kekeringan sungguhan. Sebelumnya itu masih seperti kemarau palsu: tampak kering namun bukanlah kemarau nyata.
Defara Dhanya
berkontribusi dalam artikel ini
Post Comment